Seoul, Korea Selatan — Ketegangan kembali meningkat di kawasan Asia Timur setelah Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak menengah ke arah Laut Jepang pada Jumat pagi (11/7). Peluncuran ini langsung memicu kecemasan di Jepang dan Korea Selatan serta mendapat kecaman internasional.
Rudal tersebut melintasi wilayah udara internasional dan jatuh di perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Jepang, memicu perintah evakuasi sementara di wilayah Hokkaido.
Tanggapan Jepang: “Provokasi yang Tidak Bisa Diterima”
Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, dalam pernyataan resmi menyebut tindakan Korea Utara sebagai “provokasi yang tidak bisa diterima dan pelanggaran terang-terangan terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.”
Pemerintah Jepang segera mengaktifkan sistem pertahanan rudal Aegis dan menggelar latihan kesiapsiagaan sipil di beberapa kota pesisir. Menteri Pertahanan Jepang juga menyatakan bahwa “semua opsi respons sedang dikaji, termasuk peningkatan kerja sama dengan Amerika Serikat.”
Korea Selatan Siaga Penuh
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol, langsung mengadakan pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional dan memerintahkan peningkatan kesiagaan militer di sepanjang perbatasan. Seoul juga menggelar latihan bersama dengan angkatan laut AS sebagai bentuk “tanggapan terukur.”
“Kami tidak akan mentoleransi ancaman terhadap perdamaian kawasan,” ujar Yoon. “Militer kami siap sepenuhnya.”
Respons Dunia Internasional
Amerika Serikat melalui Pentagon mengecam keras aksi peluncuran rudal tersebut dan menyatakan komitmen tak tergoyahkan terhadap pertahanan sekutunya di Asia.
Sementara itu, Tiongkok dan Rusia menyerukan “semua pihak” untuk menahan diri, meskipun mereka tidak secara langsung mengecam Korea Utara. PBB menjadwalkan pertemuan darurat untuk membahas perkembangan ini.
Uji Coba Teknologi Baru?
Analis militer menduga bahwa peluncuran ini merupakan bagian dari uji coba sistem peluncur baru milik Korea Utara. Media pemerintah Korea Utara, KCNA, mengklaim bahwa rudal tersebut membawa hulu ledak tiruan nuklir sebagai “simulasi serangan pencegahan”.
Jika terbukti, maka ini menjadi peningkatan besar dalam kapabilitas persenjataan Korea Utara, yang menambah kompleksitas stabilitas kawasan Asia Timur.