
Jakarta, 11 Agustus 2025 — Di sela penandatanganan Indonesia–Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP-CEPA) di Istana Kepresidenan Jakarta, Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Dina Boluarte menegaskan komitmen bersama mereka terhadap solusi dua negara (two-state solution) sebagai jalan damai permanen bagi konflik Palestina–Israel. Pernyataan ini disampaikan di hadapan media internasional, menegaskan bahwa kemitraan RI–Peru tidak hanya fokus pada perdagangan dan investasi, tetapi juga posisi moral di panggung geopolitik global.
Pernyataan Bersama di Istana
Usai sesi penandatanganan IP-CEPA, Prabowo dan Boluarte duduk berdampingan di podium konferensi pers. Dalam sesi tanya-jawab, ketika wartawan menyinggung sikap kedua negara terhadap isu Palestina, Prabowo menjawab tegas:
“Indonesia dan Peru berdiri bersama dalam mendukung solusi dua negara, di mana Palestina dan Israel hidup berdampingan secara damai, merdeka, dan setara sesuai resolusi PBB,” ujar Presiden Prabowo.
“Kami percaya diplomasi dan dialog adalah jalan terbaik, bukan kekerasan,” imbuh Presiden Boluarte.
Latar Belakang Sikap Indonesia
Sikap ini konsisten dengan politik luar negeri bebas-aktif Indonesia yang selama ini menjadi salah satu negara paling vokal di Asia dalam membela hak-hak rakyat Palestina:
-
Tak punya hubungan diplomatik resmi dengan Israel.
-
Aktif di berbagai forum internasional seperti PBB, OKI, dan Gerakan Non-Blok untuk mendorong pengakuan negara Palestina.
-
Menolak normalisasi hubungan jika syarat kedaulatan Palestina belum dipenuhi.
Pernyataan kali ini memperkuat citra RI sebagai negara yang memposisikan isu Palestina sebagai prioritas moral dan diplomatik, meski agenda pertemuan utamanya adalah ekonomi.
Posisi Peru dalam Isu Palestina
Meski jarang disorot media Indonesia, Peru sudah mengakui negara Palestina sejak 2011 dan memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Otoritas Palestina. Di Amerika Latin, Peru termasuk dalam kelompok negara yang konsisten mendukung resolusi PBB terkait Palestina dan menentang aneksasi wilayah.
Dengan adanya pernyataan bersama ini, Peru dan Indonesia mengirim sinyal politik yang sama di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah sepanjang 2024–2025.
Mengapa Pernyataan Ini Penting di Tengah FTA?
Kebanyakan perjanjian dagang jarang diikuti oleh pernyataan sikap politik bersama, apalagi terkait isu yang sensitif seperti Palestina–Israel. Namun bagi Indonesia dan Peru:
-
Memperkuat citra sebagai mitra strategis global — tidak hanya bertransaksi ekonomi, tapi juga berbagi nilai dan prinsip.
-
Meningkatkan bobot diplomasi bilateral — memungkinkan kolaborasi di forum multilateral, baik di PBB maupun di organisasi regional seperti CELAC (bagi Peru) dan ASEAN (bagi Indonesia).
-
Menguatkan dukungan internasional untuk Palestina — pernyataan bersama dari dua negara lintas benua memberi bobot simbolik pada isu ini.
Potensi Tindak Lanjut
Pengamat hubungan internasional menilai, langkah berikutnya yang mungkin dilakukan adalah:
-
Koordinasi di forum PBB untuk mendorong resolusi terkait pengakuan kedaulatan Palestina.
-
Kerja sama kemanusiaan seperti pengiriman bantuan pangan dan medis ke Gaza dan Tepi Barat.
-
Pertukaran diplomatik melalui seminar dan forum perdamaian yang mengundang pihak-pihak terkait.
Reaksi Publik dan Media
Di media sosial Indonesia, pernyataan ini mendapat apresiasi luas, terutama dari komunitas pro-Palestina. Tagar seperti #DukungPalestina, #TwoStateSolution, dan #RIPeruSolidarity sempat masuk trending. Di Peru, media setempat menyoroti kunjungan Boluarte ke Asia sebagai langkah strategis yang tidak hanya menguntungkan ekonomi, tetapi juga memperkuat citra Peru di panggung global.
Kesimpulan:
Pernyataan dukungan terhadap solusi dua negara di sela penandatanganan IP-CEPA menegaskan bahwa kemitraan Indonesia–Peru dibangun di atas fondasi nilai, bukan sekadar perdagangan. Di tengah dunia yang terbelah oleh kepentingan geopolitik, langkah ini menjadi contoh bagaimana dua negara lintas benua bisa menyelaraskan kepentingan ekonomi dan sikap politik untuk perdamaian dunia.