Meta Platforms kini menjadi fokus utama tindakan hukum global atas dugaan pelanggaran serius terhadap privasi dan keamanan anak-anak dan remaja di platform-platform seperti Facebook, Instagram, dan Horizon Worlds.
🧒 1. Gugatan Hukum oleh Negara dan Orang Tua
-
Serangkaian gugatan multidistrik (MDL) diajukan sejak 2022–2023 oleh negara bagian AS dan keluarga korban. Tuntutan menyatakan bahwa fitur seperti infinite scroll dan autoplay dirancang untuk membuat anak kecanduan—menyebabkan kecemasan, depresi, dan perilaku merugikan diri sendiri. Kasus ini kini mencakup lebih dari 1.700 penggugat ([turn0search11]turn0search11).
-
Kepala jaksa negara bagian California, Rob Bonta, bersama 33 jaksa agung lainnya, menggugat Meta atas perannya dalam memperparah krisis kesehatan mental anak-anak. Upaya awal menggugurkan gugatan berhasil dilawan di pengadilan federal California pada 2023 ([turn0search7]turn0search7).
🚨 2. Gugatan Konsumen & Pemegang Saham
-
Pada Juli 2025, Meta dan pimpinan tertingginya, termasuk Mark Zuckerberg, mulai menghadiri sidang gugatan dari pemegang saham yang menuntut USD 8 miliar sebagai kompensasi atas denda dan pelanggaran privasi, terutama Cambridge Analytica. Gugatan ini mencari pertanggungjawaban pribadi kepada pemimpin publik Meta ([turn0search3]turn0search3).
-
Selain itu, flo health verdict menyatakan Meta melanggar hukum privasi California dengan secara diam-diam merekam data menstruasi dan kehamilan pengguna melalui pixel pelacak di aplikasi kesehatan tanpa izin — dianggap sebagai pelanggaran “invasion of privacy” oleh juri federal ([turn0search0]turn0search0).
🧩 3. Hak Anak dan Risiko Produk Metaverse
-
Seorang mantan pegawai Meta, Kelly Stonelake, menuduh perusahaan mengabaikan perlindungan anak di platform Horizon Worlds—aplikasi metaverse yang memungkinkan akun anak-anak diakses tanpa pengawasan penuh. Terdapat dugaan pelanggaran COPPA (Children’s Online Privacy Protection Act) setelah anak-anak di bawah usia 13 mengakses platform melalui akun orang dewasa ([turn0news22]turn0news22).
-
Advokasi seperti dari Fairplay dan whistleblower internal menyoroti bahwa Meta mengutamakan pertumbuhan pengguna dibanding perlindungan anak—termasuk laporan akun palsu anak-anak dan konten yang tidak pantas.
📋 4. Respons dan Kebijakan Perusahaan
-
Sejak 2025, Meta telah memperluas fitur Teen Accounts ke Facebook dan Messenger, yang mewajibkan izin orang tua dan membatasi akses konten sensitif bagi pengguna di bawah 16 tahun. Pengaturan ini juga memperketat visibilitas pesan dewasa pada akun remaja ([turn0search6]turn0search6).
-
Di Eropa, kelompok advokasi NOYB mengancam tindakan hukum terhadap Meta karena menggunakan data pengguna—termasuk potensial data remaja—untuk melatih AI secara default opt-out, bukan opt-in. Meta menyatakan akan mengecualikan data anak-anak di bawah 18 tahun dan pesan pribadi dari penggunaan data tersebut ([turn0news21]turn0news21).
✅ Ringkasan Situasi
Aspek | Status Saat Ini |
---|---|
Gugatan multi-perdata | >1.700 kasus global mengenai kecanduan & bahaya kepada anak |
Gugatan investor | Meta dan eksekutif dituntut atas pelanggaran privasi besar |
Pelanggaran data kesehatan | Meta terlibat rekaman pasif data sensitif pengguna aplikasi kesehatan |
Tuduhan internal whistleblower | Meta dituding mengizinkan anak-anak mengakses Horizon Worlds tanpa pengawasan |
Respon kebijakan | Fitur Teen Accounts dan kontrol baru diperkenalkan, namun tetap dibawah tekanan regulasi |
🎯 Implikasi & Dampak
Meta berada di persimpangan hukum global: jika gugatan konsumen dan pemegang saham berhasil, perusahaan ini bisa menghadapi denda hingga miliaran dolar dan kerusakan reputasi serius. Regulasi yang menuntut gabungkan undang-undang perlindungan anak (seperti COPPA dan KOSA) dengan hukum privasi modern membuat Meta dan perusahaan teknologi lain diuji seberapa jauh mereka memperhatikan etika di luar retorika corporate.