
Yogyakarta, 7 Juli 2025 — Film drama semi-dokumenter berjudul “Merapi Dalam Diam” mencetak sejarah setelah dinobatkan sebagai Film Terbaik di ajang ASEAN International Film Festival 2025 yang berlangsung di Kuala Lumpur. Film garapan sutradara muda Saka Lazuardi ini berhasil mengalahkan puluhan film dari Thailand, Vietnam, dan Filipina.
Yang membuat film ini unik adalah pendekatannya yang menggabungkan realisme dokumenter dengan fiksi puitik, mengangkat cerita nyata tentang relawan gunung api yang bekerja dalam sunyi, jauh dari sorotan media.
Kisah Sunyi di Lereng Bencana
Film ini mengikuti tokoh utama bernama Agus, seorang relawan senior yang telah mendedikasikan hidupnya untuk membantu evakuasi warga saat erupsi Merapi — tanpa gaji, tanpa popularitas. Dalam narasi yang tenang namun emosional, penonton diajak menyelami:
-
Ketegangan menjelang erupsi
-
Dilema moral antara menyelamatkan orang lain atau keluarganya sendiri
-
Relasi spiritual masyarakat dengan Merapi sebagai “ibu dan pengadil”
Film ini sebagian besar menggunakan bahasa Jawa halus, dengan subtitle puitik dalam tiga bahasa (Indonesia, Inggris, Thailand).
Pendekatan Artistik dan Kritik Sosial
Saka Lazuardi menolak menggunakan CGI atau musik dramatis berlebihan. Sebaliknya, ia memilih:
-
Gambar diam panjang ala Tarkovsky
-
Dialog minim, lebih banyak ruang sunyi dan ambient suara alam
-
Aktor utama diperankan oleh relawan asli Merapi, bukan artis profesional
Film ini juga menyisipkan kritik halus tentang birokrasi penanganan bencana, eksploitasi media, dan sikap masyarakat yang cepat melupakan para penjaga garis depan.
Pengakuan Internasional dan Reaksi Lokal
Selain Film Terbaik, Merapi Dalam Diam juga meraih:
-
Best Cinematography
-
Special Jury Mention for Humanitarian Message
Film ini juga mendapat pujian dari media internasional seperti CineAsia dan The Jakarta Review, yang menyebutnya sebagai:
“A quiet yet roaring tribute to those who stand when others flee.”
Di Indonesia sendiri, film ini tayang terbatas di bioskop alternatif seperti Kinosaurus, IFI, dan Taman Budaya.
Kesimpulan
Merapi Dalam Diam membuktikan bahwa kekuatan sinema tidak selalu datang dari gemuruh ledakan atau aksi spektakuler, melainkan dari kesunyian yang menggambarkan keberanian sejati. Film ini adalah penghormatan bagi para relawan — pahlawan tanpa kamera, tanpa suara, tapi tak tergantikan.
Dari lereng Merapi, Indonesia menyampaikan pesan kepada dunia: keheningan bisa lebih menggetarkan dari teriakan.