
Jakarta, 6 Juli 2025 – Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin menyoroti secara serius masih rendahnya tingkat inklusi keuangan syariah di Indonesia, yang hingga saat ini baru mencapai 13 persen, jauh tertinggal dibandingkan inklusi keuangan konvensional nasional yang telah menembus 85 persen. Hal itu disampaikannya saat membuka Forum Keuangan Syariah Nasional di Jakarta, yang dihadiri para pelaku industri perbankan, regulator, dan akademisi.
“Angka 13 persen menunjukkan bahwa kita masih punya pekerjaan rumah besar. Potensi kita sangat besar, tapi belum tergarap maksimal,” ujar Ma’ruf dalam pidatonya.
📉 Paradoks Negara Muslim Terbesar dan Akses Keuangan Syariah
Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, namun hal itu belum tercermin dalam penetrasi keuangan syariah yang memadai. Beberapa penyebab rendahnya inklusi syariah antara lain:
-
Minimnya akses layanan keuangan syariah di daerah terpencil.
-
Kurangnya edukasi dan literasi keuangan berbasis syariah.
-
Belum meratanya distribusi kantor cabang bank syariah dan fintech syariah.
-
Persepsi bahwa layanan keuangan syariah masih terbatas dan tidak fleksibel.
Ma’ruf menegaskan bahwa literasi dan inklusi syariah harus menjadi agenda strategis nasional jika Indonesia ingin menjadi pusat ekonomi syariah global.
📈 Langkah Strategis Pemerintah: Roadmap 2025–2029
Pemerintah, melalui Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), telah menyusun roadmap percepatan inklusi keuangan syariah dengan target 25 persen pada 2029. Beberapa langkah yang dicanangkan antara lain:
-
Digitalisasi layanan keuangan syariah melalui fintech, QRIS syariah, dan mobile banking halal.
-
Integrasi layanan keuangan syariah dengan sektor produktif seperti pertanian, perikanan, dan UMKM.
-
Penyediaan produk tabungan mikro syariah dan pembiayaan ultra mikro berbasis akad syariah.
-
Program edukasi dan literasi keuangan syariah di pesantren dan sekolah.
“Peningkatan inklusi tidak bisa lepas dari peningkatan kepercayaan. Digitalisasi harus disertai dengan edukasi,” tambah Ma’ruf.
💼 Peran Lembaga Keuangan dan Fintech Syariah
Bank Indonesia, OJK, serta pelaku industri perbankan syariah seperti Bank Syariah Indonesia (BSI), BRI Syariah, dan Bank Muamalat, disebut memiliki peran penting dalam menjemput peluang pertumbuhan ini. Beberapa program unggulan yang tengah digerakkan antara lain:
-
Pembukaan agen laku pandai syariah (branchless banking)
-
Penerbitan sukuk ritel syariah digital
-
Aplikasi fintech peer-to-peer lending syariah untuk UMKM
📌 Kesimpulan: Membangun Inklusi Syariah Bukan Pilihan, Tapi Kebutuhan
Pernyataan Ma’ruf Amin menjadi pengingat bahwa inklusi keuangan syariah tidak sekadar bagian dari ekonomi religius, melainkan bagian tak terpisahkan dari upaya pemerataan ekonomi dan keadilan finansial. Dengan pertumbuhan industri halal global yang pesat, inklusi syariah menjadi jembatan agar masyarakat luas dapat ikut serta dalam ekonomi formal tanpa melanggar keyakinan agamanya.
“Keuangan syariah harus hadir bukan hanya di kota besar, tapi juga di desa-desa, pasar tradisional, dan warung-warung kecil,” tutup Ma’ruf.